Friday, December 26, 2008

Vacation already comes !

The day before Christmas, When I was chat, I've been seen one of my best friend tag line in her messenger with this title. So I wondered, why vacation mostly has a great impact for us? is it because we are going to have more time to relax..? to release tension in day work activities? or get a change to visit some place..? or maybe some other common reason?

She said next that she was going to Rome, Italy for couple a day in front. "So.., you have a change to visit Venice, I replied. "Nope, just stay in Rome, Venice I will, but with you, as you promised before..." Hehehe, just got daydreaming when think about Venice...what a wonderful place to visit.

Ok, back in topic. Actually, some people say that vacation is one of our need in life, just like leave the work behind (furlough), because people can't perform all the time. When people (employee) has reach their peak performance,by and large their performance will decrease during the time after, just like a wave cycle. Therefore, the best action to keep it performance still high, company always suggest to take furlough or vacation. So, when they back to workplace, they have a new spirit and fresh ideas to continues their job well, or sometimes better than before they leave.

Now, how to make a plan, so we can have a great journey of our vacation? Here are simple guidance to make it valuable. First, the most important is to make our budget suitable with our place to go - domestic or foreign destination. Second is about time. Don't forget to adjust our travel time, make sure our time is enough to achieve our vacational goals, is it for maintain relation with someone special in our life, or just need to release tension, or maybe there is specific outcome that we've planned before. Third is about administration. our ticketing, accommodation, hotels, etc. If we have untied budget, maybe we can use travel agent services (recommended for first time traveler). Next, don't forget to bring a camera because we don't wanna back home without something to memorized, don't we? And the last but not least...totally enjoy your vacation! don't think about our work, problems that we faced in life,or something that could distract us from our vacational goals.
So Guys.., let anything behind and enjoy your vacation..!
Read More...

Friday, November 28, 2008

Servo Mechanism; could it describe ‘accidental’ phenomenon?

Fikiran manusia ternyata juga mengenal mekanisme ini. Ketika anda memikirkan sesuatu hal dengan focus dan intens, maka pada saat itu juga mekanisme servo bekerja dengan fikiran anda. tugasnya sama, yaitu menjaga dan membentuk segala kemungkinan agar hasil akhir dari pemikiran anda tidak meleset atau tepat pada sasaran yang ingin anda capai. Akan tercipta feedback dalam pemikiran anda yang biasanya mempertanyakan kebenaran dan realitas dari apa yang anda fikirkan. Inilah yang dinamakan pergulatan pemikiran, biasanya berisi afirmasi “benar atau salah, bisa apa tidak, atau dua sisi yang saling kontradiktif lainnya.”

Tepat satu tahun lalu saya membaca salah satu buku karya sahabat sekaligus ‘guru’ saya, Adi W. Gunawan dan berdiskusi mengenai bagaimana sebenarnya cara bekerja atau mekanisme kerja fikiran manusia. Dan ada satu hal yang sangat menarik, yakni yang disebut sebagai Mekanisme Servo.
Pernah mendengar sebelumnya? Kalau belum, ini penjelasan singkatnya. Efek Servo dikenal pertama kali dalam dunia militer, efek ini berlaku ketika sebuah peluru kendali ditembakkan ke sasaran tertentu. Peluru ini tidak langsung menuju sasaran melalui garis lurus, tapi ia akan membentuk lintasan parabola menuju sasarannya. Nah, Mekanisme Servo bertugas untuk menjaga dan membentuk segala kemungkinan agar peluru yang ditembakkan tepat mengenai sasaran. Atau bahasa ilmiahnya seperti yang dijelaskan Wikipedia, bahwa Servo-mechanism adalah sebuah alat otomatis yang menggunakan error sensing feedback untuk memperbaiki kinerja dari mekanisme. Istilah ini secara tepat diaplikasikan hanya untuk sistem di mana sinyal dari umpan balik atau koreksi kesalahan membantu mengendalikan posisi mekanik atau parameter lainnya.
Nah, Fikiran manusia ternyata juga mengenal mekanisme ini. Ketika anda memikirkan sesuatu hal dengan focus dan intens, maka pada saat itu juga mekanisme servo bekerja dengan fikiran anda. tugasnya sama, yaitu menjaga dan membentuk segala kemungkinan agar hasil akhir dari pemikiran anda tidak meleset atau tepat pada sasaran yang ingin anda capai. Akan tercipta feedback dalam pemikiran anda yang biasanya mempertanyakan kebenaran dan realitas dari apa yang anda fikirkan. Inilah yang dinamakan pergulatan pemikiran, biasanya berisi afirmasi “benar atau salah, bisa apa tidak, atau dua sisi yang saling kontradiktif lainnya.”
Terus apa hubungannya dengan “Kebetulan”? Jawabnya sederhana. Banyak orang saat ini menilai bahwa apa yang mereka peroleh dalam hidup, baik itu pencapaian ataupun kegagalan, adalah sebuah kebetulan, jarang sekali orang berfikir bahwa apa yang mereka dapatkan, pantas dan layak mereka dapatkan. Karena secara sadar kita tidak memahami bahwa ada mekanisme yang bekerja dalam fikiran kita.
Demikian pula jika meminjam istilah dari Covey, mengatakan bahwa pada prinsipnya segala sesuatu yang terjadi didunia ini melewati 2 (dua) tahapan penciptaan, yakni sebelum terjadinya penciptaan fisik senantiasa diawali oleh penciptaan mental. Begitu juga dengan apa yang anda dapatkan dalam hidup. Apapun yang anda fikirkan, maka pada saat itu anda menciptakan sebuah gambaran mental tentang sesuatu itu, Kemudian fokus, intensitas dan usaha yang anda lakukan yang kemudian membuat penciptaan fisik yaitu berupa hasil yang anda peroleh.
Dalam literatur lainnya, misalnya The Secret karya Rhonda Byrne, yang belakangan ini lagi laku bak kacang goreng, menyatakan bahwa apapun yang anda fikirkan, baik atau buruk, akan mengantarkan anda pada sebuah hasil. Anda tidak perlu tahu bagaimana anda akan mencapainya, cukup anda yakin dan pasrahkan pada semesta, biarkan semesta yang merancang ulang segala kemungkinan yang membuat anda tiba ditujuan anda. Rahasia inilah yang dikatakan sebagai The Law of Attraction (Hukum Tarik Menarik). Fikiran yang positif akan menarik hal-hal yang positif, demikian pula sebaliknya. Sebuah hukum yang senantiasa bekerja (on-going process) dimanapun anda berada, baik anda sadari atau tidak.
Pada prinsipnya ketiga pemahaman diatas adalah hal yang sama, sama-sama mencoba menjelaskan bagaimana mekanisme fikiran bekerja dan sekaligus mencoba menjelaskan fenomena “kebetulan” itu.
Buat anda yang telah membaca buku The Secret tersebut, anda pasti mengerti maksud saya, jika belum, saya sarankan mulai saat ini berhati-hatilah dengan apa yang anda fikirkan, sebab pemikiran tersebut akan menuntun anda menuju ke sesuatu yang dalam kacamata anda mungkin sebuah “kebetulan” belaka, namun pada dasarnya bukanlah sebuah kebetulan, tapi sesuatu yang anda tarik dalam kehidupan anda.
Saran kedua, mulai alihkan fokus anda dari hal-hal yang mengandung konteks negatif ke konteks positif, sebab Semesta atau apapun penamaannya tidak mengenal kata “Tidak” dan kata “Jangan”. Jika anda mengatakan “saya tidak ingin terlambat tiba di tujuan saya”, maka saat itu juga anda menarik segala kemungkinan yang membuat anda akan terlambat tiba ditujuan anda, hal tersebut bisa saja kemacetan ataupun mungkin hal-hal yang sepele lainnya. Akan lebih baik jika kita merubah redaksinya menjadi, “saya akan tiba tepat waktu dan perjalanan saya akan menyenangkan”. Percaya atau tidak, ketika anda mulai mengganti kalimat pertama dengan kalimat kedua, baik melalui ucapan maupun bentuk afirmasi lainnya, pertama-tama anda akan merasakan kelegaan, nikmati sensasi kelegaan tersebut dan yakin anda akan tiba dengan tepat waktu dan perjalanan anda akan menyenangkan. Silahkan anda mencobanya dan anda akan melihat buktinya. Masih perlu bukti lain? Bagi yang telah berkeluarga, mungkin pernah mengalami hal ini. Terkadang ketika kita melihat seorang anak kecil yang sedang asyik bermain dan anda sebagai orang tua melihat gejala bahwa anak tersebut kemungkinan akan terjatuh, secara spontan mengatakan,”awas, jangan…! Nanti kamu jatuh!”. Anda bisa tebak kejadian berikutnya..? anak tersebut akan benar-benar terjatuh. Jika anda mengalami situasi ini, coba ganti kalimat anda dengan, ”Mainnya yang hati-hati ya..” dan sekali lagi buktikan sendiri hasilnya. Mulailah mencoba hal ini dalam bentuk yang paling sepele hingga ke bentuk yang lebih luas cakupannya.
Saran ketiga, asah Sense of Feeling anda. kemampuan anda mewujudkan impian atau apapun yang anda inginkan dalam hidup, cepat atau lambatnya ditentukan oleh faktor ini. Semakin baik sense of feeling anda, maka semakin cepat anda bisa mencapai apa yang anda inginkan. Keyakinan anda biasanya ditentukan oleh sense of feeling anda. semakin kuat sense of feeling anda terhadap sesuatu maka anda akan semakin yakin terhadap sesuatu itu. Ini juga yang orang namakan sebagi intuisi. Orang-orang yang memiliki intuisi yang kuat biasanya memiliki kepercayaan yang kuat terhadap apa yang difikirkannya. Terus, bagaimana agar kita bisa merasa bahwa status kita saat ini berada pada status “Yakin” terhadap sesuatu yang kita fikirkan..? Dari pengalaman saya, saya meyakini sesuatu terjadi atau tidak, atau sesuatu itu bisa atau tidak, berasal dari korelasi antara apa yang saya fikirkan dan apa yang perasaan saya katakan. Ketika fikiran saya mengatakan bisa dan respon atau feedback dari perasaan saya mengatakan hal yang sama, maka pada saat itu saya yakin Bisa.
Ini mungkin bagian tersulit jika kita baru mencoba mempraktekkannya, tapi percaya cepat atau lambat anda pasti bisa melihat atau merasakan korelasinya. Ambil contoh seperti ini, misalnya anda memiliki pendapatan 3 juta sebulan, dan anda ingin meningkatkan pendapatan anda tersebut hingga katakanlah 10 jt sebulan. Kemudian anda katakan pada diri anda,”saya ingin memperoleh pendapatan 10 jt sebulan”. Ketika anda mengatakan hal tersebut, fikiran anda secara otomatis langsung bekerja menyiapkan data-data dari memori yang berisi pengalaman yang pernah anda lalui atau anda dengarkan dari orang lain berkaitan dengan memperoleh uang 10 juta dalam sebulan, untuk memberikan anda kesimpulan awal apakah hal tersebut dapat anda wujudkan atau tidak, setelah itu secara otomatis pula akan muncul respon dalam perasaan anda, seolah olah perasaan anda berkata,”apakah saya layak mendapatkan 10 juta sebulan?, seolah-olah ada perasaan ragu, ada perasaan bimbang dan sederet pertanyaan atau rangsangan yang kontradiktif dengan keinginan anda, maka pada saat itu anda belum berada pada status Yakin. Sensasi yang muncul pada perasaan anda ini adalah sensasi negatif. Tugas anda selanjutnya adalah bagaimana mengubah sensasi negatif ini menjadi sensasi positif dengan penciptaan gambaran mental atau Visualisasi, dengan membayangkan anda memegang uang 10 jt atau melihat rekening tabungan anda senilai 10 jt, atau gambaran mental apapun yang bisa anda hadirkan. Sensasi positif ditandai dengan sensasi kelegaan, kenyamanan yang anda rasakan. Ketika anda telah berada pada sensasi positif, pertahankan sensasi ini selama mungkin yang anda bisa. Dengan demikian lama-kelamaan ini menjadi sebuah kebiasaan, ketika anda berfikir tentang sesuatu yang anda inginkan, maka anda tidak akan membutuhkan waktu lama lagi untuk menyelaraskannya dengan perasaan anda. status inilah yang dinamakan “Confidence State”. Ketika anda berada pada status ini maka pada saat itu juga anda mengirimkan sinyal positif pada semesta tentang keinginan anda dan semesta akan merespon hal tersebut dengan menghadirkan segala bentuk peluang dan kesempatan bagi anda untuk memperoleh uang 10 jt. Begitu juga halnya dengan segala aspek dalam kehidupan anda baik itu yang berhubungan dengan aspek Relationship, Kesehatan dan lainnya. Namun perlu diingat bahwa fikiran hanya bisa merespon satu keinginan dalam satu waktu, jadi jangan serakah Bro/Sis. Lakukan tahap demi tahap, setelah anda berhasil dalam satu aspek, coba aspek lainnya, dan demikian seterusnya. Banyak orang membaca dan memahami buku The Secret (karangan Rhonda Byrne) tersebut namun tidak kunjung berhasil dan merasa putus asa karena tidak mengerti kemampuan fikiran dalam merespon keinginan kita. Sehingga saya menilai inilah kekurangan dalam buku tersebut. Silahkan baca buku-buku yang berhubungan dengan NLP (Neuro Linguistic Program), untuk memahami lebih jauh tentang hal ini.
Akhirnya seperti jingle iklan yang sering kita dengar, “Mari membuat hidup lebih hidup”, dan berpetualang dengan keajaiban hidup ini. Semoga bisa memberi pencerahan.
Read More...

HOW TO RECOGNIZE LIE IN SHORT WAY

Pernahkah anda merasa bahwa anda dibohongi oleh lawan bicara anda, namun anda sulit untuk membuktikannya ? dan anda merasa sangat terganggu dengan hal tersebut? Kemudian anda berandai-andai, jika saja anda tahu teknik untuk mengetahui apakah seseorang berbicara jujur atau sebaliknya kepada anda, tanpa menunggu waktu lama untuk membuktikan hal tersebut?
Mau tahu caranya…?

Ada sebuah metode cepat yang dapat anda gunakan untuk mengetahui hal tersebut. Metode ini dinamakan Eye Accessing Cue. Metode ini digunakan para pakar NLP sebagai pendekatan dalam psikoterapi, penyembuhan dan komunikasi, pun demikian digunakan oleh kepolisian dalam forensic hypnosys. Inilah metode pertama yang digunakan kepolisian untuk mengetahui bahwa tersangka atau saksi memberikan keterangan yang jujur atau palsu, kemudian mengantar mereka menemukan pembuktian lainnya.
Keuntungan dari teknik ini adalah, ia bersifat permanen, dan tidak dapat dimanipulasi. Eye movement merupakan salah satu bagian dari body language, namun disadari bahwa beberapa orang mampu melakukan modifikasi dan manipulasi dengan gerak tubuh, sehingga kadang gerakan tubuh kurang dapat dijadikan pegangan. Nah untuk mendapatkan petunjuk yang jelas, maka anda harus mahir dengan membaca isyarat mata.
Keterampilan ini sebagaimana keterampilan lainnya, tidak dibangun dalam semalam, diperlukan latihan berulang-ulang agar anda dapat menguasainya dengan ketepatan yang tinggi. Latihan diperlukan karena pergerakan mata berlangsung dengan cepat dan terkadang sangat halus. Namun bagi orang yang telah menguasainya, hanya dalam hitungan kurang dari 2 menit, ia sudah tahu bahwa lawan bicaranya berkata jujur atau bohong. Menarik bukan??? 
Oke, mari kita mulai. Pertama-tama, tiap manusia memiliki tipe-tipe tertentu dalam Representational System mereka. Representational System ini membagi tipe indra dominan yang digunakan orang dalam mengakses informasi. Ada orang tipe Visual, Auditory, dan Kinesthetic.
Orang bertipe Visual lebih tertarik dengan rupa dan penampilan, dan senantiasa menggunakan kecenderungan ini untuk melakukan internal representasi, kemudian orang Auditory lebih tertarik dengan suara, atau bagaimana sesuatu itu dikatakan, Orang bertipe Kinesthetic kuat dalam perasaan.
Nah, hubungannya dengan eye accessing cue adalah orang visual akan senantiasa menggerakkan matanya kearah sudut kanan atas atau kiri atas, sementara orang auditory, senantiasa pergerakan matanya mendatar, baik mengarah kekiri atau kekanan, sementara orang kinesthetic akan menggerakkan bola matanya kearah sudut bawah kiri atau kanan.
Ketika orang mengakses masa lalu, atau memori maka pergerakan bola matanya akan mengarah ke sudut kiri, baik itu visual, auditory ataupun kinesthetic. Bedanya adalah, orang visual akan bergerak ke arah kiri atas (Visual Remembered/Recalled), auditory dengan mendatar ke arah kiri (Auditory Remembered), sementara orang kinesthetic kearah sudut kiri bawah (Self Talk). Ini dikenal dengan nama Remembered Eye Movement.
Ketika mengakses masa depan atau sesuatu yang belum terjadi, maka pergerakan bola mata bergerak ke arah sebaliknya. Ini dikenal dengan nama Constructed Eye movement.
Nah sekarang jelas kan? Ini membuktikan ketika orang mengingat-ingat sesuatu, maka pergerakan bola matanya akan bergerak kekiri, demikian juga ketika ia mencoba membayangkan sesuatu yang belum terjadi, maka pergerakan bola matanya akan ke kanan.
Untuk membuktikannya lebih lanjut, silahkan lakukan percakapan dengan teman anda, dan perhatikan pergerakan bola matanya. Tanyakan hal seperti, “Apa yang kamu lakukan kemarin malam?”, atau ”Masih ingat tidak kejadian beberapa waktu lalu ketika…?”, maka tanpa ia sadari pergerakan bola matanya akan bergerak kearah kiri. Jika ia mencoba berbohong, maka bola matanya akan bergerak ke kanan, mencoba mengarang-ngarang sesuatu (constructed). Dari sini anda sudah bisa tahu bahwa ia jujur atau bohong. Demikian juga ketika anda menanyakan, “Kira-kira apa rencanamu minggu depan?”, atau “ Boleh saya tahu apa yang menjadi tujuan hidupmu di masa depan?”, maka secepat kilat, matanya akan bergerak ke arah kanan, mencoba menciptakan gambaran ideal yang diinginkannya tentang masa depannya. Namun perlu dipahami karena pergerakan ini begitu cepat, jadi jika anda belum mampu menemukan cue-nya, bertanyalah berulang-ulang, dan kalau perlu tanyakan sesuatu yang membutuhkan jawaban yang panjang (open question), dan bukan pertanyaan yang sekedar dijawab ya atau tidak. Dari sini, dijamin anda sudah menemukan kebenarannya.
Lebih jauh, keterampilan ini juga dapat digunakan para sales untuk meningkatkan penjualannya dan kemampuannya berkomunikasi dengan calon klien atau prospektusnya. Jika anda telah tahu preferensi calon klien, anda tinggal melakukan pendekatan menggunakan kecenderungan tersebut. Misalnya anda seorang sales di perusahaan otomotif, dan dari perbincangan awal (basa-basi) anda dengan calon klien, anda tahu bahwa ia bertipe Visual, maka adalah kekeliruan fatal jika anda tidak memperlihatkan brosur yang bergambar indah tentang mobil yang anda ingin jual, kalau perlu bawa ia melihat mobil aslinya. Dengan begitu ia akan lebih tertarik, ketimbang anda sekedar ngomong menjelaskan spesifikasi dan keunggulan mobil yang ingin anda jual. Jika ia bertipe Auditory, maka biarkan ia mendengar suara deruman mobil yang ingin anda jual, maka ia akan merasa lebih tertarik, ketimbang sekedar memperlihatkan brosur-brosur cantik. Jika calon klien anda bertipe Kinesthetic, biarkan ia masuk dalam mobil, menyentuh dashboard, setir, duduk didalam mobil dan sebagainya. Intinya, ijinkan ia menyentuh apapun mobil yang ingin anda jual, kalau perlu biarkan ia melakukan test drive, itu akan membuatnya jauh lebih tertarik. Keterampilan ini dapat digunakan dalam semua aspek kehidupan kok. Dalam membangun hubungan pun demikian. Jika kekasih anda orang visual, dan anda membuatkan atau membacakan ia sebuah puisi, dijamin itu tidak akan member pengaruh besar, kecuali jika ia auditory. Sementara jelas bagi orang bertipe kinesthetic, ia akan pasti senang mendapatkan sentuhan-sentuhan lembut dari anda. Menarik bukan..???
Nah untuk mengetahui tipe orang, juga dapat didengar dari kata-kata yang sering ia ucapkan. Orang visual cenderung menggunakan kata-kata seperti, kelihatannya, nampaknya, rupanya, dan kata-kata sejenis itu. Sementara orang Auditory lebih suka menggunakan kata-kata seperti, kedengarannya, menggunakan intonasi yang sangat kentara ditelinga anda. Sementara orang kinesthetic lebih suka menggunakan kata-kata, rasanya, sepertinya, dan kata-kata sejenis.
Oke Guys, mudah-mudahan ini bisa membantu. Bagi yang ingin sharing pengalaman setelah melakukan ujicoba, silahkan masukkan komentar anda.
Terima kasih.
Read More...

Thursday, November 13, 2008

Inspire Story Of Mahmoud Ahmadinejad

Ini adalah contoh yang sempurna dari kesederhanaan. Dapatkah kita mengharapkan politisi-politisi kita seperti Presiden Iran? Allah mencintai orang yang rendah hati, bahkan dalam kehidupan professional sekalipun!

TV Fox (AS) menanyakan pada Presiden Iran Ahmedinejad;
"Saat anda melihat di cermin setiap pagi, apa yang anda katakan pada diri anda?" Jawabnya: "Saya melihat orang di cermin itu dan mengatakan padanya: "Ingat, kau tak lebih dari seorang pelayan, hari di depanmu penuh dengan tanggung jawab yang berat, yaitu melayani bangsa Iran."


Berikut adalah bagaimana penyiar menggambarkan dirinya. Ahmedinejad, adalah presiden Iran yang membuat orang ternganga, karena pada saat pertama kali menduduki kantor kepresidenan Ia menyumbangkan seluruh karpet Iran Istana yang sangat tinggi nilai maupun harganya itu kepada masjid-masjid di Teheran dan menggantikannya dengan karpet biasa yang mudah dibersihkan. Ia mengamati bahwa ada ruangan yang sangat besar untuk menerima dan menghormati tamu VIP, lalu ia memerintahkan untuk menutup ruang tersebut dan menanyakan pada protokoler untuk menggantinya dengan ruangan biasa dengan 2 kursi kayu, meski sederhana tetap terlihat impresive.

Di banyak kesempatan ia bercengkerama dengan petugas kebersihan di sekitar rumah dan kantor kepresidenannya. Di bawah kepemimpinannya, saat ia meminta menteri-menterinya untuk datang kepadanya dan menteri-menteri tsb akan menerima sebuah dokumen yang ditandatangani yang berisikan arahan2 darinya, arahan tersebut terutama sekali menekankan para menteri-menterinya untuk tetap hidup sederhana dan disebutkan bahwa rekening pribadi maupun kerabat dekatnya akan diawasi, sehingga pada saat menteri-menteri tsb berakhir masa jabatannya dapat meninggalkan kantornya dengan kepala tegak.

Langkah pertamanya adalah ia mengumumkan kekayaan dan propertinya yang terdiri dari Peugeot 504 tahun 1977, sebuah rumah sederhana warisan ayahnya 40 tahun yang lalu di sebuah daerah kumuh di Teheran. Rekening banknya bersaldo minimum, dan satu-satunya uang masuk adalah uang gaji bulanannya. Gajinya sebagai dosen di sebuah universitas hanya senilai US$ 250.

Sebagai tambahan informasi, Presiden masih tinggal di rumah pribadinya. Hanya itulah yang dimiliki seorang presiden dari negara yang penting baik secara strategis, ekonomis, politis, belum lagi secara minyak dan pertahanan. Bahkan ia tidak mengambil gajinya, alasannya adalah bahwa semua kesejahteraan adalah milik negara dan ia bertugas untuk menjaganya.

Satu hal yang membuat kagum staf kepresidenan adalah tas yg selalu dibawa sang presiden tiap hari selalu berisikan sarapan; roti isi atau roti keju yang disiapkan istrinya dan memakannya dengan gembira, ia juga menghentikan kebiasaan menyediakan makanan yang dikhususkan untuk presiden.

Hal lain yang ia ubah adalah kebijakan Pesawat Terbang Kepresidenan, ia mengubahnya menjadi pesawat kargo sehingga dapat menghemat pajak masyarakat dan untuk dirinya, ia meminta terbang dengan pesawat terbang biasa dengan kelas ekonomi.

Ia kerap mengadakan rapat dengan menteri-menterinya untuk mendapatkan info tentang kegiatan dan efisiensi yang sudah dilakukan, dan ia memotong protokoler istana sehingga menteri-menterinya dapat masuk langsung ke ruangannya tanpa ada hambatan.

Ia juga menghentikan kebiasaan upacara-upacara seperti karpet merah, sesi foto, atau publikasi pribadi, atau hal-hal seperti itu saat mengunjungi berbagai tempat di negaranya.

Saat harus menginap di hotel, ia meminta diberikan kamar tanpa tempat tidur yg tidak terlalu besar karena ia tidak suka tidur di atas kasur, tetapi lebih suka tidur di lantai beralaskan karpet dan selimut. Apakah perilaku tersebut merendahkan posisi presiden? Jawabanya : Tidak.

Presiden Iran tidur di ruang tamu rumahnya sesudah lepas dari pengawal-pengawalnya yg selalu mengikuti kemanapun ia pergi. Menurut koran Wifaq, foto2 yg diambil oleh adiknya tersebut, kemudian dipulikasikan oleh media masa di seluruh dunia, termasuk Amerika.
Read More...

Tuesday, November 11, 2008

The Inspiring Speech of Barack Obama

Begitu menggugah semangat dan inspirasi jika melihat Presiden Amerika Serikat terpilih, Barack Hussein Obama berpidato.
Jika kita mendengar apa yang dilontarkannya, seolah-olah orang dibawa kembali kemasa dimana Martin Luther King pernah hidup. seorang tokoh anti ras yang terkenal dengan pidatonya "I Have a Dream".

Berikut petikan naskah asli pidato Obama pada "election night" kemenangannya. dan buktikan sendiri kata-kata saya...

*CHICAGO**, Illinois (CNN)* -- Sen. Barack Obama spoke at a rally in Grant Park in Chicago, Illinois, after winning the race for the White House Tuesday night. The following is an exact transcript of his speech.


Hello, Chicago.

If there is anyone out there who still doubts that America is a place where all things are possible, who still wonders if the dream of our founders is alive in our time, who still questions the power of our democracy, tonight is your answer.

It's the answer told by lines that stretched around schools and churches in numbers this nation has never seen, by people who waited three hours and four hours, many for the first time in their lives, because they believed that this time must be different, that their voices could be that difference.

It's the answer spoken by young and old, rich and poor, Democrat and Republican, black, white, Hispanic, Asian, Native American, gay, straight, disabled and not disabled. Americans who sent a message to the world that we have never been just a collection of individuals or a collection of red states and blue states.

We are, and always will be, the United States of America.

It's the answer that led those who've been told for so long by so many to be cynical and fearful and doubtful about what we can achieve to put their hands on the arc of history and bend it once more toward the hope of a better day.

It's been a long time coming, but tonight, because of what we did on this date in this election at this defining moment change has come to America.

A little bit earlier this evening, I received an extraordinarily gracious call from Sen. McCain.

Sen. McCain fought long and hard in this campaign. And he's fought even longer and harder for the country that he loves. He has endured sacrifices for America that most of us cannot begin to imagine. We are better off for the service rendered by this brave and selfless leader.

I congratulate him; I congratulate Gov. Palin for all that they've achieved. And I look forward to working with them to renew this nation's promise in the months ahead.

I want to thank my partner in this journey, a man who campaigned from his heart, and spoke for the men and women he grew up with on the streets of Scranton and rode with on the train home to Delaware, the vice president-elect of the United States, Joe Biden.

And I would not be standing here tonight without the unyielding support of my best friend for the last 16 years the rock of our family, the love of my life, the nation's next first lady Michelle Obama.

Sasha and Malia I love you both more than you can imagine. And you have earned the new puppy that's coming with us to the new White House.

And while she's no longer with us, I know my grandmother's watching, along with the family that made me who I am. I miss them tonight. I know that my debt to them is beyond measure.

To my sister Maya, my sister Alma, all my other brothers and sisters, thank you so much for all the support that you've given me. I am grateful to them.

And to my campaign manager, David Plouffe, the unsung hero of this campaign, who built the best -- the best political campaign, I think, in the history of the United States of America.

To my chief strategist David Axelrod who's been a partner with me every step of the way.

To the best campaign team ever assembled in the history of politics you made this happen, and I am forever grateful for what you've sacrificed to get it done.

But above all, I will never forget who this victory truly belongs to. It belongs to you. It belongs to you.

I was never the likeliest candidate for this office. We didn't start with much money or many endorsements. Our campaign was not hatched in the halls of Washington. It began in the backyards of Des Moines and the living rooms of Concord and the front porches of Charleston. It was built by working men and women who dug into what little savings they had to give $5 and $10 and $20 to the cause.

It grew strength from the young people who rejected the myth of their generation's apathy who left their homes and their families for jobs that offered little pay and less sleep.

It drew strength from the not-so-young people who braved the bitter cold and scorching heat to knock on doors of perfect strangers, and from the millions of Americans who volunteered and organized and proved that more than two centuries later a government of the people, by the people, and for the people has not perished from the Earth.

This is your victory.

And I know you didn't do this just to win an election. And I know you didn't do it for me. You did it because you understand the enormity of the task that lies ahead. For even as we celebrate tonight, we know the challenges that tomorrow will bring are the greatest of our lifetime -- two wars, a planet in peril, the worst financial crisis in a century.

Even as we stand here tonight, we know there are brave Americans waking up in the deserts of Iraq and the mountains of Afghanistan to risk their lives for us.

There are mothers and fathers who will lie awake after the children fall asleep and wonder how they'll make the mortgage or pay their doctors' bills or save enough for their child's college education.

There's new energy to harness, new jobs to be created, new schools to build, and threats to meet, alliances to repair.

The road ahead will be long. Our climb will be steep. We may not get there in one year or even in one term. But, America, I have never been more hopeful than I am tonight that we will get there.

I promise you, we as a people will get there.

There will be setbacks and false starts. There are many who won't agree with every decision or policy I make as president. And we know the government can't solve every problem.

But I will always be honest with you about the challenges we face. I will listen to you, especially when we disagree. And, above all, I will ask you to join in the work of remaking this nation, the only way it's been done in America for 221 years -- block by block, brick by brick, calloused hand by calloused hand.

What began 21 months ago in the depths of winter cannot end on this autumn night.

This victory alone is not the change we seek. It is only the chance for us to make that change. And that cannot happen if we go back to the way things were.

It can't happen without you, without a new spirit of service, a new spirit of sacrifice.

So let us summon a new spirit of patriotism, of responsibility, where each of us resolves to pitch in and work harder and look after not only ourselves but each other.

Let us remember that, if this financial crisis taught us anything, it's that we cannot have a thriving Wall Street while Main Street suffers.

In this country, we rise or fall as one nation, as one people. Let's resist the temptation to fall back on the same partisanship and pettiness and immaturity that has poisoned our politics for so long.

Let's remember that it was a man from this state who first carried the banner of the Republican Party to the White House, a party founded on the values of self-reliance and individual liberty and national unity.

Those are values that we all share. And while the Democratic Party has won a great victory tonight, we do so with a measure of humility and determination to heal the divides that have held back our progress.

As Lincoln said to a nation far more divided than ours, we are not enemies but friends. Though passion may have strained, it must not break our bonds of affection.

And to those Americans whose support I have yet to earn, I may not have won your vote tonight, but I hear your voices. I need your help. And I will be your president, too.

And to all those watching tonight from beyond our shores, from parliaments and palaces, to those who are huddled around radios in the forgotten corners of the world, our stories are singular, but our destiny is shared, and a new dawn of American leadership is at hand.

To those -- to those who would tear the world down: We will defeat you. To those who seek peace and security: We support you. And to all those who have wondered if America's beacon still burns as bright: Tonight we proved once more that the true strength of our nation comes not from the might of our arms or the scale of our wealth, but from the enduring power of our ideals: democracy, liberty, opportunity and unyielding hope.

That's the true genius of America: that America can change. Our union can be perfected. What we've already achieved gives us hope for what we can and must achieve tomorrow.

This election had many firsts and many stories that will be told for generations. But one that's on my mind tonight's about a woman who cast her ballot in Atlanta. She's a lot like the millions of others who stood in line to make their voice heard in this election except for one thing: Ann Nixon Cooper is 106 years old.

She was born just a generation past slavery; a time when there were no cars on the road or planes in the sky; when someone like her couldn't vote for two reasons -- because she was a woman and because of the color of her skin.

And tonight, I think about all that she's seen throughout her century in America -- the heartache and the hope; the struggle and the progress; the times we were told that we can't, and the people who pressed on with that American creed: Yes we can.

At a time when women's voices were silenced and their hopes dismissed, she lived to see them stand up and speak out and reach for the ballot. Yes we can.

When there was despair in the dust bowl and depression across the land, she saw a nation conquer fear itself with a New Deal, new jobs, a new sense of common purpose. Yes we can.

When the bombs fell on our harbor and tyranny threatened the world, she was there to witness a generation rise to greatness and a democracy was saved. Yes we can.

She was there for the buses in Montgomery, the hoses in Birmingham, a bridge in Selma, and a preacher from Atlanta who told a people that "We Shall Overcome." Yes we can.

A man touched down on the moon, a wall came down in Berlin, a world was connected by our own science and imagination.

And this year, in this election, she touched her finger to a screen, and cast her vote, because after 106 years in America, through the best of times and the darkest of hours, she knows how America can change.

Yes we can.

America, we have come so far. We have seen so much. But there is so much more to do. So tonight, let us ask ourselves -- if our children should live to see the next century; if my daughters should be so lucky to live as long as Ann Nixon Cooper, what change will they see? What progress will we have made?

This is our chance to answer that call. This is our moment.

This is our time, to put our people back to work and open doors of opportunity for our kids; to restore prosperity and promote the cause of peace; to reclaim the American dream and reaffirm that fundamental truth, that, out of many, we are one; that while we breathe, we hope. And where we are met with cynicism and doubts and those who tell us that we can't, we will respond with that timeless creed that sums up the spirit of a people: Yes, we can.

Thank you. God bless you. And may God bless the United States of America.
Read More...

Friday, August 22, 2008

The Independence day. Is it worth to you..?

Artikel ini pertama kali diposting pada tanggal 17 Agustus 2008.

Apakah nasionalisme anda diukur dari bagaimana anda menyambut dan memperingati hari kemerdekaan..? Pertanyaan ini merupakan pertanyaan sederhana, namun mungkin membutuhkan telaah lebih jauh untuk menjawabnya secara tepat.

Dulu semasa kecil di kampung, setiap perayaan Agustusan (demikian kita menamakannya) senantiasa disambut dengan gembira. Bukan karena pada bulan itulah negara kita mendapatkan angka keramatnya yaitu 17 yang kemudian menjadi peringatan atas terbebasnya bangsa kita dari penjajahan, namun lebih karena pada saat-saat itulah berlangsung berbagai kegiatan yang meriah, yang karena ramenya, nenek-nenek dan kakek-kakekpun tidak ingin ketinggalan berpartisipasi. Bahkan beberapa warga yang dulunya jarang bergaul, juga ikut meramaikan. Acara seru seperti manjat pohon pinang, lomba makan krupuk, lomba lari karung, lari kelereng hingga acara-acara yang sifatnya dadakan, seolah-olah menjadi tontonan menyegarkan, dan membuat silaturahmi diantara warga kembali menghangat.

Saat ini, setelah kita mengenal yang namanya pergantian presiden, yang mungkin kebanyakan orang menjadikannya sebagai momentum kebangkitan bangsa ini, harus saya akui bahwa ada segelintir orang termasuk saya, yang merasa semakin kabur atas arti sebuah perayaan Kemerdekaan. Mungkin bagi orang yang ‘merasa’ memiliki nasionalisme yang tinggi akan merasa risih melihat kami, namun itulah kondisi sebenarnya. Hampir disetiap tahun berlangsungnya perayaan ini, saya tidak merasakan perasaan yang spesial. Tanpa bermaksud untuk tidak menghargai jasa-jasa pahlawan, saya hampir merasakan semangat yang malah semakin menurun drastis, jika mengingat kondisi bangsa kita ini.

Begitu banyak jargon yang telah saya dengar untuk mengembalikan kejayaan bangsa, termasuk pencanangan 100 tahun kebangkitan nasional yang bertepatan dengan tahun ini, sama sekali tidak membuat perubahan dalam bagaimana saya memandang bangsa ini. Para politisi yang menggunakan kesempatan dan momentum emas ini untuk memperlihatkan nasionalismenya, baik melalui iklan TV, maupun kerja nyata lainnya seolah tidak mendapat tempat dihati saya. Ada apa yah..?

Bahkan perayaan Agustusan yang dulu begitu menggairahkan semasa kecil dulu, kini tidak menarik lagi, seolah-olah itu menjadi ‘tontonan bodoh’ bagi saya.

Nah, jika nasionalisme diukur dari hal ini, tentulah saya menjadi orang pertama yang masuk kategori “tidak memiliki nasionalisme kebangsaan”. Serem banget…, tapi saya malah merasa biasa-biasa saja. Jika hal ini hanya dirasakan oleh saya, berarti saya memiliki kelainan, namun jika ini menjadi ‘kebiasaan publik’ yang tidak terpublikasi, artinya bangsa kita perlu bercermin lebih jernih lagi..! Tapi, apa tidak cukup bangsa ini bercermin..? sampai kapan..?

Lantas bagaimana mengukur sekaligus meningkatkan semangat nasionalisme saya..? Saya sendiri masih belum tahu.
Dulu pernah saya membayangkan, alangkah senangnya seandainya ketika orang menyebut nama bangsa ini, maka lahir predikat-predikat yang bagus, yang hebat, yang luar biasa. Namun, malah ketika orang menyebut nama bangsa ini, perasaan miris yang pertama kali muncul dalam batin saya. Apakah saya yang salah atau memang bangsa ini sudah kehilangan integritas, bahkan dimata ‘anak-anak’nya sendiri?

Saya hanya bisa berharap bahwa Bangsa ini mampu menemukan, dengan benar-benar menemukan momentum kebangkitannya, dan bukan hanya sekedar jargon.

Bukan untuk apa-apa, saya hanya ingin merasakan kegembiraan semasa kecil dulu…
Read More...

Learning from Soccer

Artikel ini pertama kali diposting pada tanggal 13 Agustus 2008.

Jika anda pecinta sepakbola, mungkin anda akan sependapat dengan apa yang akan saya uraikan dalam artikel ini.

Pernah ada cerita yang mengisahkan tentang kehidupan lain di tata surya, sebuah planet dimana teknologinya begitu maju hingga mereka mampu memantau apa yang terjadi di planet bumi kita. Setelah mereka melakukan pengamatan selama beberapa tahun, mereka kemudian menyadari bahwa di planet yang mereka amati itu, cenderung terjadi keramaian yang luar biasa ketika diselenggarakan acara yang kita kenal dengan pertandingan bola.

Mereka bingung, apa yang menjadikan acara tersebut begitu digemari. Padahal yang dilakukan oleh pemain hanyalah menendang bola...kemudian mengejarnya...begitu mereka mendapatkannya, mereka menendangnya lagi... dan mengejarnya lagi...
"Bukankah akan lebih mudah setelah mendapatkan bola tersebut, kita kemudian memegangnya tanpa perlu menendangnya lagi?"... Mungkin itulah yang menjadi kegelisahan mereka...
Apakah anda juga memiliki pertanyaan serupa..? Lantas apa pembelajaran dari permainan ini...? Mengapa permainan bola itu begitu digemari...?
Jawaban paling sederhana yang mungkin adalah “Permainan bola pada esensinya adalah permainan yang bisa merefleksikan secara lengkap sekaligus meringkas gambaran hidup kita!”

Kenapa bisa demikian...? Mari kita ulas lebih jauh.

Pertama, permainan ini dibatasi oleh waktu bukan?! demikian pula hidup kita. Kemudian ada aturan mana yang boleh dan tidak boleh, ada hukuman bagi pelanggaran, termasuk hukuman fatal, berupa penalty. Apakah hal serupa kita jumpai dalam kehidupan?? You knew it better.

Untuk berhasil dan menjadi pemain kaliber dibutuhkan disiplin tinggi, dibutuhkan latihan terus menerus untuk bisa sukses. Dibutuhkan motivasi tinggi untuk dapat senantiasa berada pada peak performance. Selain dari pemain, juga dibutuhkan tim yang kuat dan atmosfir tim yang sehat, strategi yang mempuni dari pelatih, hingga hal-hal yang kelihatannya remeh-temeh tapi menjadi faktor penting sebuah tim. Menurut anda, apakah untuk sukses dalam hidup juga dibutuhkan hal seperti yang saya utarakan diatas..? Ya.. iyalah…masak ya iya dong.! :D

Tapi yang terpenting dari semua itu, seorang pemain tidak perlu ahli dalam semua hal mengenai permainan ini, ia cukup berfokus pada target tim dan melakukan apa yang telah ditugaskan.
Seorang pelatih ternama pernah berkata, “Saya tidak membutuhkan pemain-pemain bintang untuk menjadi juara, saya hanya butuh pemain yang tahu dan mau mengerjakan dengan baik apa yang telah menjadi tugas dan tanggung jawabnya…”

Pemain bertahan tidak perlu ahli dalam mencetak gol, begitu pula seorang penyerang tidak perlu ahli dalam bertahan, Gelandang (pemain tengah) cukup berfokus pada perannya sebagai gelandang, ia tidak dituntut untuk mencetak gol, hanya bagaimana mengalirkan bola dari barisan pertahanan ke penyerang untuk membuat peluang dan kalau bisa assist untuk mencetak gol. Apa yang dilakukan oleh pemain-pemain tersebut adalah “harmoni kehidupan”. Kesemua itu dibingkai oleh tujuan yang sama, yaitu meraih kemenangan..!
Read More...

Life told me...

Artikel ini pertama kali diposting pada tanggal 12 Agustus 2008.

"Hidup itu adalah Anugerah... Hidup itu adalah Kebahagiaan... Hidup itu adalah Perjuangan... Hidup itu adalah Kerja Keras... Hidup itu adalah Penderitaan... Hidup itu adalah Kesia-siaan. Hidup itu adalah......."

Pernahkan anda mendengar ungkapan seperti diatas? mungkin oleh teman saudara, atau orang yang anda sayangi? Pernahkah anda memikirkan bahwa itu bukan sekedar ungkapan, tapi merepresentasikan apa yang ia fikirkan tentang hidup itu sendiri. Atau mungkin anda sendiri yang sering mengungkapkan kalimat tersebut.

Jika kebetulan anda memiliki 2 orang teman yang mengungkapkan kalimat yang kontradiktif tentang hidup, katakanlah yang satu mengatakan Hidup itu adalah Kebahagiaan sementara teman satunya lagi mengatakan bahwa Hidup itu adalah Penderitaan. Coba amati bagaimana ia menjalani hidupnya, dan tanyakan padanya, Apa yang mendasari ia mengatakan hal tersebut? Maka kemungkinan secepat kilat ia akan membeberkan sejumlah alasan untuk menguatkan ungkapannya tersebut.

Teman anda yang mengatakan kalimat pertama pasti kehidupannya sangat bahagia, terlepas dari semua tetek bengek kehidupan duniawi, sesulit apapun kondisinya, ia pasti merasakan kebahagiaan. Sebaliknya teman anda yang kedua pastilah hidupnya sangat sengsara, meskipun ia bergelimang kemewahan dan kemudahan hidup.

Mengapa itu bisa terjadi...? Perception is Projection... inilah jawabannya.
Pada dasarnya apapun yang kita persepsikan tentang sesuatu, maka itulah proyeksi kita terhadap sesuatu itu yang kemudian menjadi realitas. Fikiran kita yang menjadi pengolah dari persepsi yang kita miliki akan mendorong kita, baik secara sadar atau tidak, untuk mewujudkan persepsi itu, baik kita menginginkannya ataupun tidak !

Anehnya, Semakin sering kita memikirkannya, maka semakin cepat realitas itu terwujud. Percaya atau tidak, silahkan buktikan sendiri..!
Read More...

The Power of Paradigm

Artikel ini pertama kali diposting pada tanggal 7 Mei 2008.

Ada sebuah cerita menarik yang berkisah di sebuah terminal bandara. Saat itu seorang wanita kira-kira berusia kurang dari 25 tahun sementara menunggu pesawat yang jadwalnya mengalami delay. Wanita tersebut cukup cantik dan menarik bagi sebagian besar pria, dan hebatnya wanita tersebut tahu dengan potensi yang dimilikinya. Namun, kali ini kita tidak akan bercerita tentang siapa wanita tersebut dan segala sesuatu yang berhubungan dengan kecantikannya. ;)

Oke, mari kita lanjutkan…
Untuk menemaninya menanti pesawat yang terlambat, maka wanita tersebut memutuskan membeli sebungkus makanan ringan (kue) dan sebuah novel tipis, yah itung-itung membunuh waktu fikirnya. Dia kemudian mencari kursi yang kosong di terminal, dan setelah mendapatkannya, iapun larut dalam bacaannya sambil sesekali tangannya memasukkan kue-kue kecil ke dalam mulutnya.

Tanpa ia sadari, ternyata disebelah kanan tempat ia duduk, ada seorang pria yang…Astaga..!!, tanpa malu-malu memakan kue-kue kecil dari kantong yang sama yang terletak diantara mereka. Lucunya lagi, setiap ia mengambil satu kue, lelaki tersebut mengikuti dengan mengambil satu kue juga dan kemudian tersenyum manis padanya. “Kurang ajar cowok ini, berani-beraninya ia memakan kue milikku, tanpa permisi dan tanpa perasaan bersalah”, fikirnya. Akhirnya tiba waktunya dimana dalam bungkusan tersebut hanya tersisa satu potong kue, ia kemudian menahan keinginannya untuk menghabiskan kue tersebut dan menanti kira-kira apa yang akan dilakukan pria ini. Tanpa ia sangka, pria tersebut mengambil potongan terakhir dari kue yang tersisa, kemudian membaginya menjadi 2 dan menyerahkan potongannya pada wanita tersebut dengan tersenyum manis dan memakan potongan yang satunya lagi.

Dengan rasa jengkel yang memuncak, wanita ini kemudian merampas potongan kue tadi, dan membelalak pada pria tersebut untuk menunjukkan ketidaksenangannya. Untunglah tidak lama setelah itu, pemberitahuan pihak bandara menyatakan bahwa pesawatnya telah tiba dilandasan dan siap melakukan perjalanan berikutnya. Tanpa menunggu waktu wanita ini langsung bergegas pergi meninggalkan tanda tanya di wajah pria misterius tadi.

Didalam pesawat, wanita ini masih menyimpan kejengkelannya dengan beberapa kali menggerutu jika mengingat apa yang barusan ia alami. Dan, seperti lazimnya pesawat sebelum berangkat, diumumkanlah apa yang boleh dan yang tidak boleh, termasuk tidak boleh mengaktifkan handphone selama dalam perjalanan. Wanita ini tersadar dari lamunannya akan kejadian tadi dan langsung merogoh tas kecilnya untuk mematikan HP miliknya. Dan alangkah terkejutnya ia, ketika jari-jarinya seolah memegang sebuah bungkusan yang sepertinya sangat ia kenal dalam tas kecil tersebut. Begitu ia mengangkat tangannya keluar dari tas, ia sangat shoock karena jari-jarinya menggenggam sebuah bungkusan kecil yang didalamnya berisi kue-kue yang baru dibelinya di terminal tadi. Ia tercekat dan kaget.., “bagaimana mungkin?” fikirnya. Setelah ia terjaga dari keterkejutannya, iapun merasa sangat bersalah dengan semua fikiran dan sikap yang telah ia tunjukkan pada pemuda di terminal tadi. Ternyata bukan pemuda itu yang tidak tahu malu, bukan pemuda itu yang kurang ajar, tapi dirinyalah kiranya…

Hehehe.., cukup menarik bukan? Nah apa yang bisa kita cerna dari cerita singkat tersebut diatas..? Apa yang anda fikirkan ketika membaca baris-baris awal pada paragraph pertama cerita tersebut? Yah, mungkin anda mengira kita akan bercerita mengenai wanita tersebut dengan segala pesonanya, ternyata tidak bukan? Kita malah bercerita tentang sebuah kejadian lucu yang melibatkan orang lain. Kemudian apa yang muncul dalam fikiran wanita tersebut sebelum mengetahui bahwa kue yang ia makan ternyata bukanlah miliknya? Scenario dari cerita diatas menggambarkan tentang sebuah PARADIGMA. Wanita dalam cerita kita memiliki paradigma yang tentunya sangat berbeda dengan paradigma yang dimiliki oleh pria disebelahnya, begitu juga setelah wanita tersebut tahu bahwa yang ia makan bukanlah kue miliknya, bagaimana sebuah pergeseran paradigma (paradigm shift) telah terjadi.

Apa sih Paradigma itu..?

Paradigma berasal dari bahasa Yunani yang artinya pola, model, gambaran atau sesuatu yang mewakili hal lain. Hal ini muncul dari anggapan yang ada didalam benak kita tentang hal-hal disekitar kita. Dan citra dalam fikiran kita tentang realitas yang datang dari latar belakang dan pengalaman kita. Bahasa sederhananya, Paradigma adalah sebuah “peta” yang ada dibenak anda, saya dan kita semua.

Covey dengan bahasanya menyatakan bahwa “Kita senantiasa merasa memandang dunia sebagaimana adanya, padahal sebenarnya kita memandang dunia seperti citra yang kita miliki. Kita proyeksikan kedunia luar, ke lingkungan, pada orang-orang sekitar kita, termasuk pada diri kita sendiri. Kita memproyeksikan latar belakang, pengalaman, anggapan, model, keinginan dan asumsi kita tentang realitas. Dan kita rasa itulah keadaan yang sebenarnya”.

Kita seringkali menggambarkan diri kita, atau sebuah situasi, seolah-olah itulah kenyataan yang ada. Padahal kita menggambarkan diri kita menurut kerangka persepsi, kerangka referensi, pandangan-pandangan kita, juga sistem nilai dan masa lalu kita. Dan kita memproyeksikan semua hal tersebut keluar.

Cerita diatas menggambarkan sebuah paradigma, bahkan oleh andapun yang membacanya, tentu memiliki paradigma yang mungkin sama atau berbeda dengan si wanita tadi. Sebelum kita tiba pada akhir cerita, tentu sebagian dari anda juga memiliki paradigma yang mengatakan bahwa pemuda tersebut kurang ajar, tidak tahu sopan santun, dan mungkin pernyataan negatif lainnya.

Mengapa hal tersebut terjadi? Jawabannya karena inilah paradigma. Pada saat situasi terjadi di terminal tadi, wanita tersebut atau bahkan anda memproyeksikan keluar segala-sesuatu yang anda ketahui berdasar pada pengalaman masa lalu anda, dari persepsi dan kerangka berfikir anda yang memberikan anda kesimpulan bahwa apa yang dilakukan pemuda itu adalah sebuah hal yang salah/ tidak benar, dan wanita tersebut merasa bahwa itulah kenyataan yang sebenarnya. Padahal…?! Tidak selalu demikian bukan?

Paradigma adalah Sumber Perilaku

Paradigma adalah sumber perilaku kita. Kita bersikap dan bertindak juga berdasar pada paradigma yang kita miliki, bahkan keyakinan dan kepercayaan yang membangun diri kita (belief system), juga dibangun dari paradigma. Jika “Peta” yang kita miliki akurat, barulah perilaku dan sikap kita menjadi penting. Begitu pula sebaliknya.

Pernah mendengar cerita dalam sebuah Kereta bawah tanah..?, dimana sekelompok anak berlari memasuki sebuah kereta diikuti oleh Ayahnya. Anak-anak ini berlari kesana kemari, membuat kegaduhan dan sangat mengganggu penumpang lainnya. Paradigma yang ada dalam benak setiap penumpang kemungkinan mempertanyakan hal ini, “Bagaimana sih Ayah anak-anak ini, dia tidak melakukan apapun dan hanya membiarkan anak-anaknya mengganggu orang lain?”.

Paradigma yang ada pada penumpang saat itu kemudian membentuk sikap, dengan berusaha mengendalikan diri dan kemungkinan berfikir “yah, namanya juga anak-anak”. Tapi setelah beberapa waktu berlalu, seorang penumpang sepertinya sudah tidak tahan dengan kegaduhan yang diperbuat oleh anak-anak tersebut, dan seketika itu pula sikapnya berubah menjadi perilaku. Ia mendekati ayah anak-anak tersebut dan berkata, “Pak, bisakah anda mengendalikan andak-anak anda? mereka mengganggu penumpang yang lain”. Ayah sang Anak mengangkat kepalanya, seolah-olah baru sadar yang terjadi dan kemudian berkata dengan lirih, “Yah.., saya tidak tahu, saya hanya…, Kami baru dari rumah sakit. Ibu mereka meninggal satu jam yang lalu. Mereka mungkin tak tahu bagaimana menerima kenyataan ini…, dan jujur saja, saya juga tidak tahu…”.

Bayangkan pergeseran paradigma yang terjadi pada penumpang kereta tersebut, dan khususnya penumpang yang bertanya...? Bayangkan sikap dan perilaku yang akan diambil oleh penumpang tersebut berdasar pada paradima barunya..?
Bisakah kita lihat bahwa Paradigma jauh lebih penting dari sikap atau perilaku..? Dan tahukah anda bahwa apa yang kita bicarakan ini, dalam konteks personal dan interpersonal, juga berlaku bagi seluruh masyarakat kita..?

Thomas Kuhn dalam bukunya The Structure of Scientific Revolution menyatakan dengan tegas dan konsisten hal ini, “All the significant breakthroughs were break-withs old ways of thinking”. (Semua terobosan penting adalah pemutusan dari cara berfikir lama). Begitupula Einstein mengatakan, “The Significant problems we face, cannot be solved at the same level of thinking we were at when we created them” (Masalah penting yang kita hadapi, tak dapat dipecahkan pada tingkat berfikir yang sama dengan saat kita menciptakan masalahnya).

Jelas bahwa kita perlu bercermin dan introspeksi untuk menjelajahi paradigma kita. Banyak orang berfokus pada sikap dan perilaku, dan keduanya penting, tetapi yang jauh lebih mendasar dan lebih penting lagi adalah PARADIGMA.

Banyak orang yang ingin meningkatkan kualitas hidupnya berupaya bekerja lebih keras, lebih giat, bangun lebih pagi, dan menghabiskan waktu lebih banyak untuk bekerja dengan harapan memperoleh hasil yang lebih baik. Hal ini tidak salah, tapi bagaimana jika hasil yang didapatkan tidak sesuai dengan yang diharapkan..? Kemungkinan kita perlu mengkaji kembali paradigma yang kita miliki mengenai hal tersebut.

Bisakah anda melihat bahwa ada siklus yang terjadi dalam hal ini.
Paradigma membentuk sikap dan perilaku kita, Perilaku (tindakan) kita kemudian memberikan hasil. Dan jika Hasil yang kita peroleh bermanfaat atau positif tentunya akan memperkuat kembali paradigma yang kita miliki, namun jika hasil yang kita peroleh tidak sesuai dengan harapan kita, maka kita akan meragukan dan menpertanyakan paradigma kita sebelumnya.
Covey menyatakan bahwa, “Jika anda menginginkan perubahan/ perbaikan kecil, ubahlah sikap atau perilaku anda. Tapi jika anda menginginkan perubahan besar, menginginkan sebuah Quantum Leap, anda tidak cukup hanya dengan merubah perilaku, Anda harus merubah paradigma anda”.

Jika paradigma anda dalam bekerja keliru, sekuat apapun, sekeras apapun, sebanyak apapun waktu yang anda habiskan untuk bekerja tidak akan memberikan hasil yang memadai. Anda harus bisa merubah paradigma anda tentang pekerjaan anda. Dengan demikian anda akan melihat perubahan besar yang terjadi dalam pekerjaan anda tersebut. Hal ini juga berlaku dalam segala aspek kehidupan anda. Bahkan paradigma sangat mendasari manajemen dan kepemimpinan organisasi dewasa ini. “Leadership examines the paradigms, Management works through existing paradigms”. (Kepemimpinan Menguji paradigma--mempertanyakan dasar paradigmanya. Sementara Manajemen bekerja dengan paradigma yang ada).

Oleh karena itu, kita perlu mendapatkan pengertian yang tepat tentang realitas yang ada. Misalnya, jika “Peta” kita tentang bekerja telah akurat, apakah pekerjaan menjadi bermakna? Saat ini, tentu saja Iya. Kita perlu berusaha memahami prinsip untuk mengembangkan paradigma, peta dalam benak kita yang menggambarkan realitas, mencerminkan hakikat dari kenyataan yang obyektif dan faktual.

Terima Kasih. Mudah-mudahan bisa memberikan pencerahan.

Source: Pembelajaran dari Covey Leadership Center
Read More...

Reborn..!

Reborn...
Why reborn..? jelas, karena blog ini seperti lahir kembali, tentunya dengan desain yang lebih ciamik.

Karena didasari oleh rasa penasaran yang teramat sangat mengenai desain blog, akhirnya saya memutuskan untuk mencoba melakukan layouting dengan bantuan teman-teman blogger yang tidak dapat saya sebutkan satu persatu disini, karena memang sebagian besar tekniknya banyak saya dapatkan secara tidak langsung dari teman-teman blogger via postingan mereka.
Postingan saya sebelumnya tetap akan saya masukkan setelah semua bagian dalam layout blog saya ini mencapai kesuksesan. Yah itung-itung belajar-lah.. hehehe.
So.., mohon maaf bagi rekan yang ingin browsing di blog saya ini, mungkin akibat rasa penasaran saya dalam desain blog, menyebabkan kekurangnyamanan dalam menjelajahi postingan-postingan di blog ini.
Saya yakin dalam waktu yang tidak terlalu lama (soalnya mesti bagi waktu dengan jam kantor, hehehe)blog ini akan tampil secara utuh.
Thanks.
Read More...

Trik-Tips Blog Trick Blog