Friday, July 3, 2009

Debat CAPRES, Kurang menggigit…!

Semalam untuk kali ketiga, kita dipertontonkan forum debat Capres di layar televisi dengan tema Demokrasi, NKRI dan Otonomi Daerah. Secara umum debat-debat semacam ini pada prinsipnya sangat bagus untuk pembelajaran politik kepada rakyat sekaligus memperlihatkan kepiawaian para kandidat dalam menjual diri dan program-programnya dalam rangka memikat hati para pemilih.

Sayangnya forum debat yang semestinya berlangsung meriah dan penuh dengan tekanan-tekanan psikologis diantara para capres tidak terlihat, dan hanya menyisakan lakon serupa pidato, sebagaimana jilid 1 dan 2 beberapa waktu yang lalu. Untungnya salah satu calon, sebut saja JK cukup berani dan lebih offensif dalam mengemukakan pendapatnya, meski masih terkesan setengah hati atau mungkin takut mendapat serangan balik.. :D


Tanpa bermaksud lebih tahu, menurut saya ada beberapa hal yang mestinya dapat berlangsung lebih baik dalam forum yang kita saksikan semalam antara lain:

Pertama, Dari sisi pertanyaan seharusnya pertanyaan yang dilontarkan oleh moderator/ pembawa acara tidak perlu banyak, cukup dua hingga tiga pertanyaan saja, namun harus sensitif dan terus dieksplorasi hingga mendetail, sehingga kesan jawaban yang normatif dari para capres bisa dihilangkan. Dari pengalaman menyaksikan tiga kali debat capres, semua jawaban didominasi oleh jawaban-jawaban yang sifatnya sangat normatif sehingga penonton sulit mendapat pemikiran yang dalam dan cukup mendetail dari para Capres.

Kedua, Dari sisi para Capres sendiri ketika melontarkan sanggahan terhadap komentar capres lain seharusnya benar-benar memberikan sanggahan dan bukannya tambahan-tambahan yang menurut saya tidak perlu. Sanggahan yang diberikan akan lebih baik jika dihubungkan dengan rekam jejak para capres. Misalnya ketika ditanyakan mengenai apa pendapat para capres mengenai NKRI (Negara Kesatuan Republik Indonesia), seharusnya SBY atau mungkin JK bisa melontarkan pendapat yang berhubungan dengan isyu ‘penjualan aset-aset negara’ dibawah era presiden Megawati, yang banyak diklaim orang sebagai langkah keliru. Bukankah dengan menjual aset keluar negeri bisa dikategorikan menjual sedikit demi sedikit kedaulatan Negara? Atau mungkin Megawati bisa melontarkan sanggahan yang lebih offensif kepada Pemerintah (dalam hal ini SBY) mengenai kasus Ambalat, Bagaimana pemerintah terkesan lemah dalam negosiasi Ambalat atau mungkin kekurangpekaan pemerintah dalam mengelola Otonomi Daerah dimana banyak terjadi konflik mengenai hal tersebut. Atau mungkin SBY dan Megawati bisa melontarkan sanggahan yang ofensif kepada JK mengenai masalah-masalah sensitif lain yang berhubungan dengan kepemimpinan JK, baik ketika aktif di Pemerintahan maupun ketika masih menjadi Pengusaha. Dengan demikian, kita dapat menyaksikan bagaimana sikap para calon presiden kita mengatasi tekanan psikologis yang diberikan oleh kandidat lain.

Ketiga, Waktu yang diberikan untuk melakukan sanggahan kepada para capres yang hanya 1.30 menit sangat kurang, namun jika isi sanggahannya seperti yang kita saksikan semalam, waktu 1.30 menit malah kepanjangan. Publik bukan mau mendengar hal-hal yang normatif, semisal Pilar-Pilar Kenegaraan (Pancasila, UUD 45, Bhinneka Tunggal Ika, dsb) sebab semua masyarakat Indonesia sudah tahu bahwa hal tersebut adalah harga mati!

Keempat, Mungkin ada baiknya dihadirkan pembanding yang lebih vokal dan independen, katakanlah Amien Rais, Sri Bintang Pamungkas atau tokoh muda lainnya yang turut memberikan komentar dalam forum debat tersebut.

Kelima, Saya pribadi kurang sreg dengan pemilihan pembawa acaranya. Mungkin ada baiknya pembawa acaranya adalah tokoh talkshow yang dikenal yang terbiasa membawa acara-acara reality show… :D.

Mungkin itu ide-ide yang dapat menyegarkan forum debat-debat Capres ataupun kepala Pemerintahan lainnya yang digelar oleh KPU dimasa mendatang. Namun apapun kekurangan yang masih terlihat, saya pribadi mendukung dan setuju digelarnya forum-forum seperti ini. Hal ini penting bagi Demokrasi…!

0 comments:

Trik-Tips Blog Trick Blog