Thursday, July 9, 2009

SIKAP CAPRES/CAWAPRES MENUNJUKKAN JIWA KENEGARAWANAN YANG MASIH LEMAH

Tepat tanggal 8 Juli kemarin, bangsa yang besar ini menyelenggarakan Pemilu untuk memilih Presiden dan Wakil Presiden untuk periode pemerintahan 5 tahun kedepan. Kenduri nasional inipun berlangsung cukup baik, meski masih ada beberapa kekurangan disana-sini. Pasangan SBY-Budiono seperti kita tahu untuk sementara unggul dengan cukup signifikan melalui hasil hitung cepat (quick count) beberapa lembaga survey di Indonesia.

Sejauh ini saya tidak melihat ada hal-hal yang cukup berpotensi untuk menggagalkan hasil pemilu kali ini, masyarakat juga terkesan menerima hasil yang ada, namun yang membuat saya merasa miris adalah bagaimana sikap para Capres/ Cawapres dan para pendukungnya, utamanya yang merasa akan kalah dalam menanggapi perkembangan pemilu. Beragam statement yang dikeluarkan yang intinya memojokkan salah satu calon, atau memojokkan proses yang berlangsung, terasa sangat naif. Menurut saya boleh-boleh saja tiap calon menanggapi proses dan hasil yang berlangsung, dan juga tidak dipungkiri bahwa sebagai bangsa yang berproses kearah demokrasi yang ideal, ditemui masih banyak kekurangan, namun janganlah lantas kekurangan itu dijadikan sebagai senjata untuk menghakimi kandidat lain ataupun proses yang saat ini masih sementara berlangsung. Ungkapan-ungkapan seperti “…demokrasi yang semu…”, menurut saya semakin menunjukkan kurangnya sikap ksatria atau sportifitas dalam persaingan. Sebagai seorang negarawan, bahkan seorang politisi dan tokoh yang dikenal luas, sikap tersebut bukannya meningkatkan citra kepemimpinan mereka dimata masyarakat, namun malah akan berdampak sebaliknya. Masyarakat kita sudah cukup cerdas dalam menilai kinerja dan kepemimpinan para calon presiden/wapres, sehingga wajar kemudian mereka memilih mana yang menurut mereka terbaik.


Terkhusus bagi penyelenggara pemilu, dalam hal ini KPU, menurut saya sebagai manusia biasa, mereka juga memiliki keterbatasan-keterbatasan, sehingga ketika terjadi kesalahan-kesalahan itu adalah hal yang lumrah, dan bukankah ada prosedur yang bisa ditempuh untuk melakukan sanggahan atau protes terhadap proses penyelenggaraan pemilu..? Gunakan jalur yang ada, dan hindarilah mengeluarkan statement-statement yang pada dasarnya belum tentu terbukti kebenarannya. Apalagi berdasarkan informasi KPU tadi malam melalui media TV, bahwa kecurangan-kecurangan yang terjadi persentasenya sangatlah kecil. Bukan bermaksud untuk kemudian menghalalkan kecurangan-kecurangan tersebut, namun marilah menempatkan hal itu dalam porsi yang sewajarnya.

Sepertinya kita masih perlu banyak belajar bagaimana seharusnya menerima sebuah kekalahan…!

0 comments:

Trik-Tips Blog Trick Blog